BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah mempelajari proses penelitian yang merupakan
kegiatan mengumpulkan data, mengolah, menyajikan dan meneliti suatu data atau
peristiwa. Selanjutnya akan mempelajari uji hipotesis yang merupakan
suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu
yang telah terjadi atau akan terjadi.
Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. Peneliti bukannya
bertahan kepada hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk
mendukung atau justru menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan di
uji kebenarannya melalui penelitian yang di lakukan (Kuncoro, 2003:47).
Sementara menurut sekaran
Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua
atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan
dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelatian. Dengan menguji
hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat
ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
Hipotesis merupakan hasil penelitian seorang peneliti dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji kebenarannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan kebutuhan akan kerangka teoritis ?
2.
Apa yang dimaksud
pengertian variabel ?
3.
Apa yang dimaksud
dengan kerangka teoritis ?
4.
Bagaimana cara
penyusunan Hipotesis ?
5.
Bagaimana pengujian
hipotesis ?
6.
Apa keuntungan
manajerial ?
C. Tujuan
1.
Tujuan umum
Makalah ini bertujuan untuk
memberi informasi mengenai uji hipotesis
2.
Tujuan khusus
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi nilai tugas kelompok dengan mata kuliah metodologi penelitian.
D. Manfaat
Makalah ini di buat sebagai gambaran untuk para mahasiswa/i agar dapat
menerapkan uji hipotesis dalam suatu proses penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUTUHAN
AKAN KERANGKA TEORITIS
Kerangka teoritis membahas saling
ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi yang sedang di teliti. Teori itu sendiri adalah sebuah kumpulan
proposisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan
yang timbul antara beberapa variabel yang diobservasi. Formulasi teori adalah
upaya untuk mengintegrasikan semua informasi secara logis sehingga alasan atas
masalah yang diteliti dapat dikonseptualisasikan dan diuji (Sekaran, 2000:
29-30).
Penyusunan teori merupakan tujuan utama
dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan
proposisi. Teori secara definitive, harus berlandaskan atas fakta empiris
karena tujuan utamanya adalah menjelaskan dan memprediksi kenyataan atau
realitas. Kalau teori tidak sesuai dengan kenyataannya barangkali karena upaya
generalisasi. Suatu penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu
mengarahkan si peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.
Dari kerangka teoritis bisa disusun hipotesis
yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori yang dirumuskan valid atau
tidak. Penyusunan kerangka teoritis yang baik adalah hal utama untuk mendalami
masalah yang sedang diteliti. Kerangka
teoritis memberikan dasar konseptual bagi penelitian.
Konsep itu sendiri adalah sejumlah pengertian atau karakteristik, yang
dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan perilaku tertentu.
Dengan kata lain, konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta
tertentu (Davis & Cosenza, 1993: 25). Konsep amat menentukan karena sukses
suatu riset tergantung dari:
·
Seberapa jelas kita
mengkonseptualaisasikan sesuatu
·
Seberapa jauh orang
lain dapat memahami konsep yang kita pergunakan.
Karena kerangka teoretis tidak lain
adalah mengidentifikasi jaringan hubungan antarvariabel yang
dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting
untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada.
2.2
VARIABEL
Banyak para ahli mengemukakan
mengenai Variabel, diantaranya Sekaran
(2007:4) yang berpendapat bahwa variabel adalah apa pun yang dapat membedakan
atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk
objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang
yang berbeda. Adapun Suryabrata (1995) memahami
arti variabel sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variable
penelitian itu dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut
Kuncoro (2003:41)
Variabel berarti sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat
berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel merupakan segala
sesuatu yang akan menjadi objek penelitian atau pengamatan dengan menggunakan
objek yang sama atau pada waktu yang sama akan tetapi menghasilkan variasi
nilai yang berbeda.
2.2.1 JENIS
VARIABEL
Menurut Sekaran (2007:116)
variabel utama itu terdiri dari empat jenis, yaitu:
1.
Variabel
Terikat (dependent variable)
Merupakan
variable yang menjadi perhataian utama peneliti.
2.
Variabel
Bebas (independent variable)
Adalah
variable yang memengaruhi variable terikat entah secara positif maupun negatif.
3.
Variabel
Moderator (moderating variable)
Adalah variable yang mempunyai pengaruh
ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variable
terikat dan variable bebas.
4.
Variabel
Antara (intervening variable)
Adalah
variabel yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja memengaruhi
variabel terikat dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel
terikat.
Sedangkan
Muhamad Idrus (2002) membagi tujuh jenis variabel, diantaranya:
1.
Variabel
Bebas (variable independent)
Adalah variable yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam konsep variabel bebas ditemukan bahwa variabel ini menjadi sebab
hadirnya atau timbulnya variabel lain.
2.
Variable
Terikat (variable dependent)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
variabel bebas.
3.
Variabel
Moderator (moderating variable)
Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
4.
Variabel
Antara (variable intervening)
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, tetapi tidak dapat dilihat, diukur,
dimanipulasi, dan dampak dampaknya harus disimpulkan berdasarkan dampak
variable independent dan moderator terhadap fenomena yang diamati.
5.
Variable
Control
Adalah variabel yang sengaja ditetapkan oleh peneliti jika ingin
melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan.
6.
Variable
Laten
Merupakan konstruk teoritis atau hipotesis utama yang tidak dapat diukur
secara langsung, untuk itu pengukuran variabel laten dapat dilakuakan melaui
variabel indikator atau juga dikenal dengan nama variabel observasi, yang
sebenarnya merupakan manifestasi konstruk variabel laten.
7.
Variable
Terukur (observed/measured variable)
Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui
penelitian lapangan, misalnya melaui instrument-instrumen.
VARIABEL
TERIKAT
Variabel
terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti
adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan varibialitasnya, atau
memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama
yang menjadi factor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis terhadap
variabel terikat (yaitu menemukan variabel yang mempengaruhinya), adalah
mungkin untu menemukan jawaban atau solusi atas masalah. Untuk tujuan tersebut,
peneliti akantertarik untuk menguantifikasi dan mengukur variabel terikat, sama
seperti variabel lain yang mempengaruhi variabel tersebut.
VARIABEL BEBAS
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif
atau negatife. Yaitu, jika terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir
dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan
atau penurunan dalam veriabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel
terikat ditentukan oleh variabel bebas. Untuk membangun hubungan sebab-akibat,
variabel bebas dimanipulasi (manipulated) sebagaimana dijelaskan dalam
Bab 7 mengenai Desain Eksperimen.
2.2.2 VARIABEL
MODERATOR
Mengenai definisi variabel moderator,
banyak para ahli yang mendefinisikannya, diantaranya Supardi (2005) yang mendefinisikan
variabel moderator adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel
dependen tersebut tetapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama.
Adapun
Sekaran (2007:119)
mengemukakan bahwa variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi
pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan
variabel
terikat dan variabel
bebas. Yaitu kehadiran varibel ketiga (variabel moderator) mengubah hubungan
awal antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan Idrus (2002:79) berpendapat bahwa
variabel moderator adalah variabel yang memengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel Moderator adalah variabel yang saling berkaitan atau berhubungan
antara variabel terikat dengan variabel bebas , yang mana keduanya dipengaruhi
oleh variabel moderat , akan tetapi tidak dianggap mempunyai pengaruh utama
terhadap variabel terikat dan variabel bebas.
2.2.3
Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel Moderator
Variabel bebas membantu kita dalam
menjelaskan varian dalam variabel terikat, variabel bebas muncul pada temporal/waktu
sebagai fungsi dari variabel bebas, yang sekaligus membantu kita dalam
mengkonsepsi hubungan antara variabel
terikat dan variabel bebas; variabel moderator memiliki contingen effect pada hubungan antar variabel. Dengan kata lain
, ketika variabel bebas menjelaskan
varian pada variabel terikat, variabel antara tidak ditambahkan pada
varian yang telah dijelaskan oleh variabel terikat, sedangkan variabel moderator
memiliki efek timbal balik dengan variabel bebas dalam menjelaskan varian. Oleh
karna itu, jika tidak ada variabel moderator maka hubungan antara variabel
bebas dengan variabel antara tidak pernah ada.
2.2.4 Variabel Antara (intervening variable)
Variabel
antara menurut Prasetyo (2005:68)
adalah yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada diantara variabel
bebas dan variabel terikat. Sedangkan Kuncoro (2003:42)
berpendapat bahwa variabel antara
adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang di amati tetapi
tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat
disimpulkan berdasarkan dampak variabel independen dan moderating terhadap
fenomena yang di hadapi.
Adapun
menurut Sekaran (2007:124)
variabel antara adalah
variabel
yang mengemuka antara waktu variabel
bebas mulai bekerja memengaruhi variabel
terikat, dan waktu pengaruh variabel
bebas terasa pada variabel
terikat. Dengan demikian terdapat kualitas temporal atau dimensi waktu pada
variabel antara . Variabel antara mengemuka sebagai sebuah fungsi variabel
bebas yang berlaku dalam situasi apapun, serta membantu mengonsepkan dan
menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel antara merupakan variabel yang paling dominan
dalam mempengaruhi variabel terikat dan variabel bebas terhadap situasi yang
diamati, serta dapat membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
2.3 KERANGKA TEORETIS
Kerangka teoretis merupakan fondasi
di mana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan
asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antarvariabel
melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survey literature.
Hubungan
antara survey literatur dan kerangka teoritis adalah bahwa yang pertama
menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun terakhir. Yaitu, survey literature
mengidentifikasi variabel yang mungkin penting, sebagaimana ditentukan oleh
temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut, sebagai tambahan untuk hubungan
logis lainnya yang dapat dikonsepkan, membentuk dasar untuk model teoritis.
Kerangaka teoritis mengelaborasi hubungan antarvariabel, menjelaskan teori yang
menggarisbawahi relasi tersbut, dan menjelaskan sifat dan arah hubungan.
Sebagaimana survey literature memberikan panggung untuk kerangka teoritis yang
baik, hal tersebut pada gilirannya menyediakan dasar yang logis untuk menyusun
hipotesis yang dapt diuji. ( Sekaran
2007:127)
Sedangkan
menurut Kuncoro (2003:44)
kerangka teoretis adalah pondasi utama dimana sepenuhnya
proyek penelitian itu di tujukan.
Hal
ini merupakan jaringan hubungan antarvariabel yang secara logis diterangkan,
dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi
melalui proses wawancara , observasi , dan survey literature. Hubungan antara
survey literature dan kerangka teoritis adalah survey literatur meletakan
pondasi yang kuat untuk membangun kerangka teoretis.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa kerangka teoritis adalah suatu hal yang pokok dalam
proyek penelitian yang mencakup seluruh proyek yang didasarkan, melalui
berbagai proses dan dapat diuji kebenarannya.
2.3.1
Komponen Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang baik
mengidentifikasi dan menamakan variabel-variabel
penting dalam situasi yang relevan dengan definisi masalah. Hal mendasar yang harus diperhatikan dalam
kerangka teoritis ( Sekaran 2007: 129) :
1. Variabel yang dianggap relevan
untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan.
2. Pembahasan
harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain.
3. Bila
sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan
akan positif atau negatif.
4. Harus
ada penjelasan yang gambling mengenai mengapa kita memperkirakan hubungan
tersebut berlaku.
5. Suatu
diagram skematis kerangka teoritis harus diberikan agar pembaca dapat melihat
dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.
2.3.2
Kerangka Teoritis untuk
Contoh 5.13
Deregulasi Penerbangan telah
menimbulkan perang harga antar perusahaan penerbangan. Banyak perusahaan
penerbangan yang memotong biaya melalui berbagai cara untuk menurunkan harga .
menurut laporan , delta air lines telah gagal menjaga keselamatan terbang yang
mengakibatkan kecelakaan dengan sedikitnya 137 orang tewas pada tahun 1987.
Empat faktor penting yang mempengaruhi kecelakaan tersebut adalah komunkasi
yang tidak baik antara anggota kokpit sendiri, kurangnya kordinasi antara
pengawas darat dengan kru kokpit,
kurangnya pelatihan yang diberikan kepada kru kokpit , dan filosofi manajemen
yang mendorong struktur yang terdesentralisasi. akan sangat membantu untuk
mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan keselamatan
selanjutnya.
Dapat kami tarik
kesimpulan dari contoh di atas .
Sebelum memberi
contoh untuk kerangka teoritsi maka akan di jelaskan sedikit tentang variabel
terikat. Variabel terikat adalah pelanggaran keamanan yang merupakan variabel
minat utama, dimana varians dicoba di jelaskan dengan empat variabel bebas yang
berkaitan dengan contoh yang akan di jelaskan. Empat variabel tersebut yaitu :
1.
Komunikasi antar
anggota kru
2. Komunikasi anatara petugas kontrol yang di bandara dengan
kru kopit
3. Pelatihan yang di terima oleh kru kopit
4. Desentralisasi
Diantara 4 variabel diatas
memiliki hubungan yang saling terikat, jikat salah satunya tidak melengkapi
maka dalam pelaksanaan kerja tidak akan lancar dan sempurna, atau akan lebih
banyak kecelakaan kerja.
Untuk contoh ke
empat variabel tersebut adalah :
1. Komunikasi antar anggota kru
Suatu penerbangan yang di lakukan oleh delta airlines
pada tahun 1987, telah terjadi
kecelakaan sebanyak 137 orang penumpang tewas di sebabkan kurangnya komunikasi
yang tidak baik antara anggota kokpit sendiri.
2. Komunikasi antara petugas kontrol ya ng di bandara dangan
kru kopit
Selain antar anggota kru tenyata pengawasan dari pihak
bandara/darat dengan krukopid juga
sangat penting, karena tugas kru yang di bandara adalah mengawasi laju pesawat
dan komunikasi pilot, jika itu semua tidak di jalankan maka akan banyak sekali
kecelakaan.
3. Pelatihan yang ndi terima oleh kru kopit
Sebelum kru kopit menjalankan tugas nya maka kru kopit
wajib dilatih, jika kru kopit tidak melakukan pelatihan maka akan semakin besar
kecelakaan yang akan terjadi, akan semakin banyak tabrak menabrak.
4.
Desentralisasi
Filosofi management yang mendorong struktur yang
terdesentralisasi.
Inti dari contoh tersebut adalah semakin sedikit
komunikasi dan pelatihan yang di berikan kru kopit maupun kru yang di bandara
maka akan terjadi nya kecelakaan dan pelanggaran keselamatan penerbangan.
Diagram skematis ( Sekaran
2007:132) untuk kerangka teoretis dalam contoh 5.13
Komunikasi antara petugas
kokpit
|
Komunikasi antara
petugas kontrol dan kokpit
|
desentralisasi
|
Pelatihan kru kopit
|
Pelanggaran
keselamatan penerbangan
|
2.4 PENYUSUNAN
HIPOTESIS
Setelah
mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi/fenomena dan menetapkan
hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis , kita
telah berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan
benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut
ssecarailmiah melalui analisis statistic yang tepat, atau melalui analisis
kasus negative (negative case) kita akan memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis hubungan yang eksis diantara variabel yang berlaku
dalam situasi masalah. Hasil pengujian tersebut member kita beberapa solusi
mengenai apa yang dapat diubah dalam
situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan pernyataan yang
dapat diuji disebut Penyusunan Hipotesis
2.4.1 Definis Hipotesis
Hipotesis
menurut Sekaran (2007:135)
adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih
variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Dapat diuji
, hipotesis yang dinyatakan dengan formulasi yang baik akan dapat diuji melalui
uji Hipotesis , berdasarkan data yang dikumpulkan, dapat dilakukan uji hipotesis sehingga dapat diketahui apakah
hipotesis yang telah disusun dapat
diterima atau ditolak ( Kuncoro 2003:49 )
Menurut
Kuncoro hipotesis (2003:47)
adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Sedangkan
menurut Supardi hipotesis (2005)
adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu
penelitian.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah suatu
jawaban sementara yang logis tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu
yang bersifat dugaan, dimana pernyataan tersebut dapat diuji kebenarannya berdasarkan
data yang telah dikumpulkan.
2.4.2 Pernyataan
Hipotesis : Format
Pernyataan
Jika-Maka (If-Then Statement)
Hipotesis
dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok (atau beberapa
kelompok) yang terkait dengan variabel. Untuk menguji apakah hubungan atau
perbedaan yang diperkirakan tersebut eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun
sebagai proporsi atau dalam bentuk pernyataan jika-maka (if-then statement). Dua contoh format tersebut :
v Karyawan
yang lebih sehat akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
v Jika
karyawan lebih sehat, maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.4.3 Hipotesis Direksional dan Nondireksional
Hipotesis Direksional menurut Sekaran (2007:137)
adalah jika , dalam menyatakan hubungan antara
dua variabel atau membandingkan dua kelompok, istilah-istilah seperti positif, nagatif, lebih dari, kurang dari,
dan semacamnya digunakan.
Contoh :
o
Semakin besar stres yang dialami dalam pekerjaan, semakin rendah
kepuasan kerja karyawan.
o Wanita lebih bermotivasi dibanding pria
Hipotesis nondireksional adalah
hipotesis yang mendalilkan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan
indikasi mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut.
Dengan kata lain, meskipun mungkin
diperkirakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara dua variabel,
kita tidak dapat mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif atau negatif.
Contoh :
Ada hubungan antara usia
dan kepuasan kerja.
Demikian pula, bahkan jika kita
dapat memperkirakan bahwa terdapat perbedaan antara dua kelompok pada satu
variabel tertentu, dan mana yang kurang pada variabel tersebut. Contoh : Terdapat perbedaan antar nilai etika kerja
karyawan Amerika dan Asia.
Jika peneliti hanya dapat membuat
hipotesis bahwa ada hubungan yang signifikan, tetapi arahnya mungkin belum
jelas, hipotesis dapat dinyatakan secara nondireksional. Sedangkan jika arah
hubungan diketahui, adalah lebih baik untuk menyusun hipotesis direksional
untuk alasan
yang akan menjadi jelas.
2.4.4 Hipotesis Nol
dan Alternatif
Hipotesis Nol menurut Supardi (2005) merupakan pernyataan
untuk menguji secara analisis kuantitatif dengan perhitungan secara statistik.
Menurut Sekaran
(2007:138) Hipotesis Nol (hipotesis nihil atau null
hypoteses) adalah proporsi yang menyatakan hubungan yang definitif dan
tepat diantara dua variabel. Yaitu
hipotesis ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah
sama dengan nol atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hiting) dua kelompok
dalam populasi adalah sama dengan nol (atau suatu angka tertentu). Secara umum,
pernyataan nol diungkapkan sebagai tidak ada hubungan (signifikan) antara dua
variabel atau tidak ada perbedaan anatara dua kelompok.
Hipotesis Alternatif adalah
pernyataan yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukan
perbedaan antara kelompok.
Dapat di kebalikan dari hipotesis noll yang di lambangkan
dengan Ha atau H1.
Hipotesis Nol dirumuskan agar dapat diuji untuk
penolakan yang mungkin. Jika kita menolak hipotesis nol, maka semua hipotesis
alternatif yang diperbolehkan, berkaitan dengan simpulkan dari pendapat
tersebut hipotesis alternatif adalah hipotesis yang merupakan hubungan tertentu
yang diuji, dapat diterima. Adalah teori yang memungkinkan kita menaruh
keyakinan dalam hipotesis alternatif yang dihasilkan dalam investigasi
penelitian tertentu.
Setelah merumuskan
hipotesis nol dan alternatif, uji statistik yang tepat (uij t, uji F) pun
kemudian dapat diterapkan, yang akan menunjukan apakah hipotesis alternatif
diterima atau tidak yaitu, bahwa ada perbedaan signifikan anatarkelompok atau
bahwa terdapat hubungan signifikan di antara variabel, sebagaimana dinyatakan
dalam hipotesis.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengujian
hipotesis (Sekaran 2007:141)
1. Menyatakan hipotesis nol dan alternatif
2. Memilih uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data
yang dikumpulkan adalah parametrik atau nonparametrik
3. Menentukan tingkat signifikan yang diinginkan ( p = 0.05, atau lebih, atau kurang )
4. Memastikan jika hasil dari anlisis komputer menunjukan
bahwa tingkat signifikan terpenuhi.
5. Jika nilai hitung (resultant
value) lebih besar daripada nilai kritis (critical value), hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima.
Jika nilai hitung lebih kecil daripada nilai kritis, hipotesis nol diterima dan
alternatif ditolak.
Dalam membuat dan menguji
hipotesis dapat dilakukan dengan cara deduksi dan induksi. Dalam deduksi, model
teoritis adalah yang pertama disusun, kemudian hipotesis dirumuskan, dikumpulkan,
dan akhirnya diuji. Dalam proses induktif, hipoetsis yang baru dirumuskan
berdasarkan apa yang diketahui dari data yang telah diperoleh, untuk kemudian
diuji.
2.5 Pengujian
Hipotesis dengan penelitian Kualitatif : Analisis Kasus Negatif
Seorang peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis juga dapat disimpulkan dengan uji data kualitatif.
Contoh
dalam
pengujian
kualitatif
analisis kasus negatif adalah sebagai berikut:
Hipotesis kualitatif negatif muncul saat seorang
peneliti merasa
tidak percaya diri akan benar tidaknya penelitian yang dia buat, itu di
karenakan adanya hambatan dari beberapa pihak misalnya
( Sekaran 2007:143)
1. Dari segi materi yaitu membutuhkan dana yang besar untuk
melakukan observasi
2. Kurangnya sumber yang di peroleh sehingga peneliti putus
asa dalam melakukan observasi
3. Tidak adanya objek yang akan di deliti
2.6 Keuntungan Manajerial
Pengetahuan tentang bagaimana dan
untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan
manajer untuk menjadi hakim yang cerdas terhadap laporan penelitian yang
diberikan oleh konsultan.
Demikian pula, pengetahuan mengenai arti
signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
membantu manajer untuk bertahan dalam, atau berhenti dari dugaannya yang,
walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika
pengetahuan semacam tersebut tidak dimiliki, banyak temuan penelitian tidak
akan terlalu berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan memunculkan
kebingungan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut kerangka teoritis memberikan dasar konseptual
bagi peneliti, mengetahui jenis – jenis variabel. Membahas bagaimana kerangka
teoritis disusun dan bagaimana hipotesis yang dapat di uji di hasilkan. Kita
melihat contoh dimana variabel yang sama bisa menjadi variabel bebas, terikat,
moderator, atau antara, tergantung pada situasi. Kita juga mempelajari kapankah
hipotesis nol di terima atau di tolak, berdasarkan apakah hasil pengujian
hipotesis memenuhi uji signifikansi atau tidak. Selain tersebut, kita juga
secara singkat membahas uji untuk validasi dalam penelitian kualitatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuncoro,
Mudrajat Ph.d 2003. Metode Riset untuk
Bisnis Ekonomi.
Jogjakarta: Erlangga
Prasetyo,
Bambang. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Sekaran,
Uma. 2007. Research Methods For Business.
Jakarta: Salemba Empat
Supardi.
2005. Metodologi penelitian Ekonomi &
Bisnis. Yogyakarta: UII Press
Suryabrata,
Sumadi. 1995. Metodologi penelitian.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar